Monday, 26 October 2015
Things We Never Knew
It had never occurred to Remus that Tonks could return his feelings because he had become so used to considering himself unclean and unworthy. One night when they lay in hiding outside a known Death Eater’s house, after a year of increasingly warm friendship, Tonks made an idle remark about one of their fellow Order members (‘He’s still handsome, isn’t he, even after Azkaban?’). Before he could stop himself, Remus had replied bitterly that he supposed she had fallen for his old friend (‘He always got the women.’). At this, Tonks became suddenly angry. ‘You’d know perfectly well who I’ve fallen for, if you weren’t too busy feeling sorry for yourself to notice.’
Source: pottermore.com
Sunday, 25 October 2015
Week 9: My Favorite Subject
You Should know beforehand, karena aku anak sombong yang kompetitif, maka mata kuliah favoritku biasanya adalah mata kuliah yang aku ahli, atau yang memberiku nilai bagus. Tapi setelah melalui proses peenungan yang cukup menyenangkan, semua mata kuliah itu aku kerucutkan menjadi tiga,
1. Teori Komunikasi (Semester 3, nilai akhir A)
Mata kuliah ini menyenangkan sekali. Selama kurang lebih empat belas pertemuan, kami belajar tentang teori-teori komunikasi secara bertigkat. Mulai dari komunikasi antar pribadi (Sejenis Coordinated Management Meaning) hingga teori mengenai media dan budaya (Hal-hal semacam Spiral of Silence dan Cultivation Theory). Entah kenapa mata kuliah ini membuatku memahami dengan baik bagaimana manusia berpikir dan merasa, dan bagaimana manusia memanipulasi orang lain untuk akhirnya menjalin hubungan-hubungan yang rumit. Mata kuliah ini adalah satu diantara sedikit yang aku memiliki bukunya, hardcopy! Dan aku bekerja sangat keras untuk memahami mata kuliah ini. Karena aku suka.
2. Metode Analisis Teks (Semester 6, nilai akhir A)
Mungkin memang aku yang menyukai hal-hal berbau teori dan metode-metode. Penelitian terbagi menjadi dua, kuantitatif dan kualitatif. Sementara penelitian kualitatif terbagi menjadi dua lagi, penelitian lapangan dan analisis teks. Aku suka kuliah ini karena kita mempelajari sebelas metode analisis teks yang umum digunakan (setidaknya di Jerman). Dan yang paling menyenangkan adalah, aku langsung mempraktikkannya. Kami diminta membuat sebuah analisis teks, sendirian. Aku suka.
3. Kemahiran Bahasa Isyarat (Semester 7, nilai akhir belum keluar)
aku sadar betul bahwa bahasa ini tidak akan aku pakai setiap hari dan akan terlupakan seiring berjalannya waktu. Tapi tetap saja, mempelajai bahasa baru selalu menjadi hal yang menyenangkan. Bagaimana melihat bahwa sebuah bahasa dan simbol dapat membuat kita mengerti satu sama lain. Mengetahui hal-hal yang pada umumnya orang tidak mau ambil pusing untuk tahu. Suka.
1. Teori Komunikasi (Semester 3, nilai akhir A)
Mata kuliah ini menyenangkan sekali. Selama kurang lebih empat belas pertemuan, kami belajar tentang teori-teori komunikasi secara bertigkat. Mulai dari komunikasi antar pribadi (Sejenis Coordinated Management Meaning) hingga teori mengenai media dan budaya (Hal-hal semacam Spiral of Silence dan Cultivation Theory). Entah kenapa mata kuliah ini membuatku memahami dengan baik bagaimana manusia berpikir dan merasa, dan bagaimana manusia memanipulasi orang lain untuk akhirnya menjalin hubungan-hubungan yang rumit. Mata kuliah ini adalah satu diantara sedikit yang aku memiliki bukunya, hardcopy! Dan aku bekerja sangat keras untuk memahami mata kuliah ini. Karena aku suka.
2. Metode Analisis Teks (Semester 6, nilai akhir A)
Mungkin memang aku yang menyukai hal-hal berbau teori dan metode-metode. Penelitian terbagi menjadi dua, kuantitatif dan kualitatif. Sementara penelitian kualitatif terbagi menjadi dua lagi, penelitian lapangan dan analisis teks. Aku suka kuliah ini karena kita mempelajari sebelas metode analisis teks yang umum digunakan (setidaknya di Jerman). Dan yang paling menyenangkan adalah, aku langsung mempraktikkannya. Kami diminta membuat sebuah analisis teks, sendirian. Aku suka.
3. Kemahiran Bahasa Isyarat (Semester 7, nilai akhir belum keluar)
aku sadar betul bahwa bahasa ini tidak akan aku pakai setiap hari dan akan terlupakan seiring berjalannya waktu. Tapi tetap saja, mempelajai bahasa baru selalu menjadi hal yang menyenangkan. Bagaimana melihat bahwa sebuah bahasa dan simbol dapat membuat kita mengerti satu sama lain. Mengetahui hal-hal yang pada umumnya orang tidak mau ambil pusing untuk tahu. Suka.
Saturday, 24 October 2015
(That Thing They Called) Friendship
I often watch dramas or films that shows years friendships.
Decades of friendships. And now I came to the time where I challenged that. Next
year will be the first year of me not going to school (or college), which is a
source of friends. Starting next year, I don’t know if I have a friend stay by
my side and hear me every day. Starting next year.
But more importantly, do people need friends?
Twenty past year I believe that friendship is something I
should treasure more than anything. I have to make a good friends, have some
best friends, help them when I could, and asking for help when I need. But
people change, people become mature. In that thing we called matureness, we
thought we were became considerate. We were afraid to tell others our problem,
because we were scared to add more burden to their life. That thing called
matureness is none other than our selfish side to be recognized as a
considerate person.
I still believe that friendship is something I has to
treasure.
But what to do? Me too, change. Me too, become more mature.
Me too, become afraid to tell others my stories. Don’t know who to tell or what
should I tell. In the name of being considerate, in the name of becoming
adults, slowly, I lost my boldness to share a little bit of my life to my
friends and stupidly wants to bear everything all alone, trying to act tough.
In the name of time, maybe I would lost my friends someday.
Not because they left, but because I don’t dare to disturb them. Stupidly.
Monday, 12 October 2015
Week 8: Principles in my life
1. Sigma aksi sama dengan sigma reaksi
Aku percaya apapun yang kita lakukan di dunia ini pasti akan kembali pada kita. Apapun. Segala macam keburukan dan kebaikan. Merasa sudah banyak berbuat buruk tapi belum ada keburukan datang pada kita? Belum, keburukannya belum tiba. Atau, merasa sudah banyak berbuat baik tapi belum pernah ada balasannya? Balasan akan kebaikan kita selalu datang dengan bentuk yang berbeda. Datang dalam jumlah yang tidak langsung besar, atau mungkin sedang diakumulasikan menunggu saat yag tepat untuk dicurahkan. Apapun itu, aku percaya bahwa apapun yang kita berikan pada orang lain akan kembali pada kita. Segala kelelahan yang kita rasakan, akan menghasikan jerih yang sama besarnya. Segala cinta yang kita berikan, akan kembali sama besarnya, meski dalam bentuk yang berbeda. Atau dari orang yang berbeda.
2. Ketulusan itu pasti akan selalu menyentuh orang lain
Tulus itu memang seharusnya kita tulis di atas pasir. Agar angin keikhlasan dapat menerbangkannya jauh dari ingatan. Dan ketika ketulusannya telah terbang menjauh, siapa yang akan mengingatnya? Kita sendiri yang akan mengingat segalanya sendiri. Tidak pernah ada bukti bahwa ketulusan dapat dirasakan orang. Tapi aku percaya itu. Dan ketika hal-hal seperti ini tidak aku percayai, apa yang bisa aku percaya untuk tulus kepada orang lain?
3. Cinta adalah energi positif
Ini adalah rumusan yang luar biasa bagiku. Bagiku, cinta adalah energi positif. Segala hal yang kita lakukan degan positif, pasti ada cinta di dalamnya. Maka ketika ada kerusakan-kerusakan yang timbul atas nama cinta, itu tak lebih adalah dusta. Maka ketika seorang menjadi memburuk karena ia sedang jatuh cinta, bukan cinta itu namanya, hanya balutannya saja yang menyalahkan cita. Maka ketika seorang ibu membunuh anaknya karena cinta, bohong itu namanya. Bagiku cinta adalah energi positif. Dan jika kamu mencinta tapi tak membaik, tinggalkan. Mungkin itu bukan cintamu.
Aku percaya apapun yang kita lakukan di dunia ini pasti akan kembali pada kita. Apapun. Segala macam keburukan dan kebaikan. Merasa sudah banyak berbuat buruk tapi belum ada keburukan datang pada kita? Belum, keburukannya belum tiba. Atau, merasa sudah banyak berbuat baik tapi belum pernah ada balasannya? Balasan akan kebaikan kita selalu datang dengan bentuk yang berbeda. Datang dalam jumlah yang tidak langsung besar, atau mungkin sedang diakumulasikan menunggu saat yag tepat untuk dicurahkan. Apapun itu, aku percaya bahwa apapun yang kita berikan pada orang lain akan kembali pada kita. Segala kelelahan yang kita rasakan, akan menghasikan jerih yang sama besarnya. Segala cinta yang kita berikan, akan kembali sama besarnya, meski dalam bentuk yang berbeda. Atau dari orang yang berbeda.
2. Ketulusan itu pasti akan selalu menyentuh orang lain
Tulus itu memang seharusnya kita tulis di atas pasir. Agar angin keikhlasan dapat menerbangkannya jauh dari ingatan. Dan ketika ketulusannya telah terbang menjauh, siapa yang akan mengingatnya? Kita sendiri yang akan mengingat segalanya sendiri. Tidak pernah ada bukti bahwa ketulusan dapat dirasakan orang. Tapi aku percaya itu. Dan ketika hal-hal seperti ini tidak aku percayai, apa yang bisa aku percaya untuk tulus kepada orang lain?
3. Cinta adalah energi positif
Ini adalah rumusan yang luar biasa bagiku. Bagiku, cinta adalah energi positif. Segala hal yang kita lakukan degan positif, pasti ada cinta di dalamnya. Maka ketika ada kerusakan-kerusakan yang timbul atas nama cinta, itu tak lebih adalah dusta. Maka ketika seorang menjadi memburuk karena ia sedang jatuh cinta, bukan cinta itu namanya, hanya balutannya saja yang menyalahkan cita. Maka ketika seorang ibu membunuh anaknya karena cinta, bohong itu namanya. Bagiku cinta adalah energi positif. Dan jika kamu mencinta tapi tak membaik, tinggalkan. Mungkin itu bukan cintamu.
Subscribe to:
Posts (Atom)