Pages

Friday, 2 September 2016

Seri Hortensia #5: Tiga Puluh Dua Schramm Muda

Dua (dan setengah) tahun dari empat tahun kuliah saya, diramaikan oleh orang-orang ini. Ada tiga puluh dua orang dalam satu kelas Kajian Media. Kami dipertemukan dalam kelas, berbagi kecintaan pada diskusi dan ilmu pengetahuan, dan sama-sama gila karenanya. Mulai dari diskusi ala-ala Habermas, Zizek, Marx, dan pemikiran-pemikirannya; kritik-kritik sosial dalam kajian budaya; pusing-pusing ria mengutuk kapitalisme media dalam ekonomi media; dan banyak kelas-kelas lain dimana kami bersama-sama, tidak takut melihat dunia melalui sisi yang berbeda.



Kami, bersama-sama, dicap sebagai orang-orang nerd komunikasi namun dalam waktu bersamaan kami bersama menjadi orang-orang pemalas yang tidak pernah baca di hadapan dosen. Hanya kami yang tahu bahwa sesungguhnya kami hanyalah makhluk-mahkluk haus diskusi yang akan menyambar apa saja sebagai bahan bicara: mulai dari kuntilanak dan feminisme, hingga sidang kasus sianida yang tak kunjung usai. Group chat kami tak pernah sepi dengan ilmu baru. Dan selama dua (setengah) tahun ini kami saling tolong untuk meyakinkan bahwa kami bertahan bersama. Saling menguatkan idealisme masing-masing dan merasa bodoh bersama. Karena sesungguhnya, mereka yang merasa bodohlah yang akan terus mencari pengetahuan.



Dan untuk itu, saya berterima kasih.

5. Rekan sejawat Kajian Media yang menjadi keluarga sekaligus partner kritis selama dua setengah tahun kita bersama-sama. Untuk Ridho, David, Vira, Emil, Wika, Nadia, Chika, Yoan, Finka dan Nisa yang mengangkat toga lebih dulu. Untuk Ajet, Afifah, Artika, Afit, Dika, Annis, Bahrul, Abang Tian, Dwi, Gea, Cece, Aya, Rangjod, Subhan, Neil, Ellya dan Carnis yang sudah sama-sama panik setiap mendekati tenggat skripsi ini. Juga untuk Dinda, Edu, dan Alvin yang akan menyusul semester depan. Terkhusus Scholastica Gerintya yang menjalani susah senang bimbingan bersama-sama.

No comments:

Post a Comment