Pages

Monday, 28 March 2016

Confucius said, the existence of human create the etiquette and ritual. But why do now the human is feeling oppressed by the etiquette? Then, when the human doesn't find any essence in doing the etiquette anymore, is it still called etiquette? Or, are we being inhumane?

Wednesday, 16 March 2016

Tentang Sekretaris

Sudah kukatakan padamu, berulang kali, tentang apa maknanya menjadi seorang sekretaris.

Dia bukan buruh surat yang harus lari kesana kemari untuk mengurus perizinan untukmu. Bukan juga kacung yang harus melakukan segalanya untukmu. Menjadi sekretaris adalah jantung, yang bila ia berhenti berdetak sebentar saja, organisme ini dapat mati otaknya. Menjadi sekretaris adalah kunci, yang bila murah dibelinya, dapat dengan mudah dibobol dan rumah terjarah pencuri.

Sudah kukatakan padamu berulang kali, bila kita berjalan dalam rombongan besar, sekretaris bukan yang berada paling depan, bukan yang terlihat ada dan memimpin. Ia harus menunduk dan berjalan dengan rendah hati, ada di paling belakang, menjaga semuanya tanpa kata, memungut semua yang tertinggal tanpa minta disebut jasanya.

Sudah kukatakan padamu berulang kali, salah bila kau mencari tenar dengan menjadi sekretaris. Salah bila kau ingin namamu dikenang dengan menjadi sekretaris.

Tundukkan dulu kepalamu dan tutup mulut besarmu. Kerjakan dalam diam dan tanpa banyak jumawa. Bila yang lain menyalahkanmu, terima saja. Bila ada yang memujimu, tak perlu melangit dan lupa menjejak kembali.

Berapa kali lagi harus kukatakan padamu tentang ini semua?

Monday, 14 March 2016

Tentang Organisasi

Kenapa sih harus Ketua bukan Ketua Umum?
Kenapa harus ada wakil?
Kenapa Kepala Bidang bukan Ketua Bidang?
Kenapa Koordinator bukan Kepala Bidang?
Kenapa Biro? Apa itu Biro?
Kenapa Sekretaris Umum bukan Sekretaris saja?
Kenapa Bendahara Umum dan Wakil Bendahara bukan Bendahara satu dan dua?
Kenapa ada Departemen dan ada Divisi?
Kenapa ada leher organisasi, tangan, dan badan?
Kenapa Ketua menjadi kepala organisasi?
Kenapa kepala organisasinya bisa ada dua?
Kenapa Bidang?
Kenapa tidak dibuat kabinet saja?
Kenapa harus begitu strukturnya?


Semuanya ada alasannya. Dan menjalankannya begitu saja tanpa paham apa maksud dibaliknya, itu bodoh namanya.

Wednesday, 2 March 2016

Ketika BEM FISIP UI 2015 Berakhir

Ketika BEM FISIP UI 2013 berakhir,
masa-masa sebagai staf kastrat yang bego dan batu juga berakhir. Dan masa-masa sebagai sekretaris I yang mandiri dan bebas dimulai. Rasanya? Bahagia. Mungkin karena untuk pertama kalinya, aku melakukan sesuatu yang aku inginkan sejak dulu: menjadi sekretaris sebuah organisasi.

Akhir 2013
Awal 2014


Ketika BEM FISIP UI 2014 berakhir,
masa-masa sebagai sekretaris yang selalu bermanja dan dilindungi oleh Sekum dan ketua BEM nya juga berakhir. Dan masa-masa sebagai sekretaris umum yang dituntut oleh ketua BEM nya bisa menjadi jantung organisasi dimulai. Rasanya? Takut. Mungkin karena sudah tidak ada lagi orang yang akan jadi pelindungku. Kami yang menjadi intinya, dan apa yang kami lakukan akan menentukan apa yang terjadi ke depannya.

Akhir 2014

Awal 2015


Ketika BEM FISIP UI 2015 berakhir,
Lucunya, aku tidak merasa apa-apa. Sedih, ketika melihat video BEM diputar. Mungkin karena kesadaran bahwa kami sudah melakukan sangat banyak hal tiba-tiba disodorkan begitu saja. Terharu, ketika membaca buku cinta. Mungkin karena menyesali waktu yang tidak akan bisa mengulang semua pertemuanku dengan bocah-bocah ini, dari yang menulis "Jangan galak-galak kak" hingga yang menulis "Sumpah panutan! Nggak ngerti lagi aku sesayang itu sama kak bes", semuanya terasa haru. Tapi secara umum, aku tidak merasakan apa-apa. Tidak ada rasa bahagia karena sadar amanah besar itu akhirnya telah terangkat, atau rasa sedih karena tidak berada di kapal yang sama bersama orang-orang ini lagi.

Akhir 2015

Akhir yang balik ke awal

Mungkin, jadi tidak merasa apa-apa karena akhir yang ini tidak menjadi awal yang lain untukku. Mungkin juga karena aku tahu, bahwa masa-masa yang kita sayang mungkin tidak akan pernah kembali, tapi aku selalu bisa membukanya lagi dalam lembar-lembar kenangan. Mungkin orang-orang yang kita sayang tidak akan selamanya seperti ini, mereka berubah, tapi aku tahu bahwa aku pernah menemukan kehangatan pada mereka, dan kehangatan itu akan selalu siap menyambutku untuk pulang. Selalu.

Terima kasih, untuk pembelajarannya, untuk pendewasaannya, untuk tumbuh bersamanya, untuk omelan-omelan dan cerewetnya, untuk ada, terima kasih. Sungguh, aku sayang kalian semua.


See you when I see you

Membicarakan Tentang Filsafat Islam

40 menit yang penuh berisi konsep mindblowing dari kelas pertama filsafat islam:

Filsafat berasal dari bahasa Yunani philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan/kebenaran) yang artinya, mempelajari filsafat adalah untuk mendekati kebijaksanaan dan kebenaran karena orang-orang yang mempelajarinya seharusnya adalah orang-orang yang mencintai kebenaran.

Salah satu filsuf pertama Yunani, Phytagoras (ya, phytagoras yang rumusnya kita kenal waktu SD itu) menyatakan bahwa hakikat filsafat adalah untuk mempelajari kebenaran, karena itu diperlukan dua kualifikasi untuk mempelajari filsafat: Intelektualitas yang tinggi, dan spiritual yang matang. Spiritual yang matang. 

Dan dosenku pun berkata, "Maka seharusnya orang yang mempelajari filsafat dengan esensial akan jauh dari atheis dan agnostik, mereka tidak akan belajar untuk meragukan kebenaran tapi belajar untuk mencari kebenaran. Maka seharusnya filsafat bukan menjadikan kita tidak percaya pada Tuhan atau agama tapi justru membuat kita semakin dekat dengan itu semua"

Pemikiran ini diteruskan oleh Socrates dengan konsep Euidaimonia miliknya. Socrates mengatakan bahwa kita harus mengenali diri sendiri untuk bisa mengenali Tuhan dan mendekati kebenaran. Karena pada dasarnya kebenaran itu absolut dan untuk itu, kita harus masuk ke dalam kebenaran itu. Kebenaran adalah sesuatu yang universal dan tidak dapat diganggu gugat, inilah yang kita namakan dengan moral.

"Coba kalau kita lihat fenomena sekarang. Kebenaran selalu dikatakan sebagai sesuatu yang subjektif, tergantung dari mana kita lihat kebenaran itu. Kenapa itu terjadi? Karena kita hanya melihat kebenaran dari luarnya saja. Kita tidak masuk ke dalam kebenaran itu. Karena seharusnya kebenaran itu universal, dan berlaku sama untuk semua orang"

Ajaran Socrates ini, ditegaskan lagi oleh Plato (yang adalah murid Socrates) yang mengatakan bahwa kebenaran yang universal itu dibatasi oleh paca indera kita. Akhirnya karena terbatas, apa yang bisa kita anggap sebagai kebenaran itu relatif dan spekulatif, maka kebenaran yang relatif ini kita sebut sebagai doksa (dugaan). Filsafat memang ilmu yang spekulatif, tapi spekulasi yang telah melalui proses pemikiran yang rasional.

Nah, Apa hubungan ini semua dengan filsafat islam?

Jelas berhubungan, karena Filsafat islam berkembang dari filsafat Yunani. Ilmu filsafat yang berkembang di Yunani, dibawa oleh Alexander The Great ke India, Mesir, dan Persia. Pada abad ke 2-3 Masehi, Romawi yang menyebarkan ajarannya menutup Academia (Sekolah Filsafat yang didirikan Plato di Yunani) karena dianggap bertentangan dengan ajaran gereja (masyarakat Yunani saat itu sebagian besar adalah kaum pagan - baca tentang pagan di sini atau di sini). Pada abad ke-7, Khalifah Umar Bin Khattab memperluas kekhalifahan Islam hingga ke India, Mesir, dan Persia. Disana, Umar tidak menutup sekolah Filsafat yang telah berkembang disana karena tidak ada ketakutan filsafat akan mengganggu iman. Tapi, karena saat itu, kekhalifahan sedang berfokus pada pengumpulan mushaf Al-Quran, maka filsafat islam belum berkembang. Filsafat islam baru benar-benar mulai berkembang pada abad ke-8 ketika negara mulai terlibat langsung dalam perkembangan filsafat islam.

Kenapa islam mau mempelajari filsafat yang bermula dari Yunani yang paganis? Karena islam melihat bahwa intisari ajaran filsafat sejalan dengan islam: meningkatkan intelektualitas dan mematangkan spiritualitas.

Mindblowing kan?