Sebelum membahas tentang Beauty dan Beast, saya mau cerita tentang skripsi saya. Skripsi saya adalah buah dari penasaran saya selama kuliah. Saya suka sekali baca novel dan karenanya saya jadi bertanya-tanya. Penulis perempuan, dan penulis laki-laki, menggambarkan perempuan dalam novelnya sama nggak ya?
Sunday, 19 June 2016
Ramadhan Hari #13
Sabtu, 18 Juni 2016
23.00, Layar laptop
Tau nggak kalau Mulan yang asli kisahnya jauh lebih menyedihkan? Dan dia nggak pernah ketahuan bahwa di perempuan selama perang. Dan dia pernah jadi jendral.
Tau nggak kalau Ariel si putri duyung itu nggak pernah hidup bahagia sama pangerannya dan dia jadi buih di lautan? Menghilang
Banyak orang nggak tau karena versi Disney dibuat berbeda. Lantas kenapa karya Disney yang popule? Bukan kisah aslinya?
Mungkin, karena orang-orang menyukai kisah yang aman. Kisah yang pasti berakhir bahagia.
23.00, Layar laptop
Tau nggak kalau Mulan yang asli kisahnya jauh lebih menyedihkan? Dan dia nggak pernah ketahuan bahwa di perempuan selama perang. Dan dia pernah jadi jendral.
Tau nggak kalau Ariel si putri duyung itu nggak pernah hidup bahagia sama pangerannya dan dia jadi buih di lautan? Menghilang
Banyak orang nggak tau karena versi Disney dibuat berbeda. Lantas kenapa karya Disney yang popule? Bukan kisah aslinya?
Mungkin, karena orang-orang menyukai kisah yang aman. Kisah yang pasti berakhir bahagia.
Wednesday, 15 June 2016
Ramadhan Hari #10
Rabu, 15 Juni 2016
08.40, Dalam pikiran
Alhamdulillah, saya bersyukur, selama hampir 22 tahun, hidup saya diberi banyak kemudahan. Sama Allah, sama orang tua saya juga. Pencapaian-pencapaian yang saya inginkan (pilihan sekolah, pilihan organisasi dan kegiatan, kompetisi) semua dimudahkan. Karena itu, kegagalan-kegagalan yang saya temui dalam hidup cenderung merupakan kegagalan kecil. Dan karena itu, buat saya yang cupu ini, kegagalan kecil itu cukup sekali untuk membuat saya drown in a slump.
Karena hidup saya dimudahkan oleh banyak hal, itu juga yang membuat saya tumbuh sebagai orang yang tinggi hati (ceritanya ini mentalitas saya yang Indonesia sekali: lebih senang menyalahkan faktor eksternal ketimbang instropeksi). Ketika saya mengalami kegagalan-kegagalan kecil, akhirnya saya cenderung merasa it's their loss, atau saya bisa lebih baik dari orang lain yang mereka pilih atau mereka pasti akan nyesel banget nggak pilih saya yang luar biasa dan super duper kompeten ini. Yang saya sendiri malu banget mengakui bahwa pikiran-pikiran begitu sering terlintas di benak saya saat saya gagal. Saya juga malu sekali sebenarnya mengakui bahwa yang saya maksudkan gagal disini adalah hal sepele macam, tidak jadi pengurus OSIS-MPK atau tidak diterima di divisi acara atau tidak dipuji dosen pembimbing. Sepele sekali kan kegagalan saya?
Nah, ceritanya, saya baruuu saja mengalami lagi sebuah kegagalan kecil. Saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan. Lucunya mungkin karena kejadiannya di bulan Ramadhan, saya jadi mikir dan merenung. Kenapa ya saya bisa gagal? Padahal saya sudah sering membentuk tim. Harusnya saya tahu, bahwa dalam sebuah tim, bukan kompetensi yang nomor satu melainkan kecocokan. Mungkin saya memang orang yang terlihat kaku dan dinilai tidak bisa membaur dengan orang-orang. Lalu jadi ingat, banyak sekali teman saya yang suka bilang senyum kenapa sih Bes! Apa sih susahnya senyum! Nggak rugi apa-apa kok! Biar orang-orang nggak lihat kamu serem! Ah, padahal saya paling benci kalau salah dinilai. Tapi ternyata memang saya yang tidak mau berusaha dinilai baik oleh orang kan?
Hasil renungan yang kedua adalah, mungkin saya sedang ditegur sama Allah. Lagi disuruh ambil hati yang lagi di langit, buat ditanam balik ke tanah. Lagi diingetin kalo Ya, sekali-kali kamu butuh instropeksi Bes! Masa nyalahin keadaan terus! Kalo hidupmu enak terus, kapan kamu jadi butuh Aku kan? Mungkin gitu kali ya. Mungkin Allah lagi cemburu karena saya merasa saya sudah bisa sendiri. Sudah cerdas, sudah hebat, sudah mampu berdiri sendiri. Padahal mah, mana....... Didiemin sebentar sama Allah juga langsung kalang kabut.
Hmmm, jadi begitulah hasil renungan hari ini. Ternyata menyambut kegagalan bisa sebegini melegakan ya.
Oya, ini tulisan rapel untuk empat hari ya. Hahahaha. Sekian.
08.40, Dalam pikiran
Alhamdulillah, saya bersyukur, selama hampir 22 tahun, hidup saya diberi banyak kemudahan. Sama Allah, sama orang tua saya juga. Pencapaian-pencapaian yang saya inginkan (pilihan sekolah, pilihan organisasi dan kegiatan, kompetisi) semua dimudahkan. Karena itu, kegagalan-kegagalan yang saya temui dalam hidup cenderung merupakan kegagalan kecil. Dan karena itu, buat saya yang cupu ini, kegagalan kecil itu cukup sekali untuk membuat saya drown in a slump.
Karena hidup saya dimudahkan oleh banyak hal, itu juga yang membuat saya tumbuh sebagai orang yang tinggi hati (ceritanya ini mentalitas saya yang Indonesia sekali: lebih senang menyalahkan faktor eksternal ketimbang instropeksi). Ketika saya mengalami kegagalan-kegagalan kecil, akhirnya saya cenderung merasa it's their loss, atau saya bisa lebih baik dari orang lain yang mereka pilih atau mereka pasti akan nyesel banget nggak pilih saya yang luar biasa dan super duper kompeten ini. Yang saya sendiri malu banget mengakui bahwa pikiran-pikiran begitu sering terlintas di benak saya saat saya gagal. Saya juga malu sekali sebenarnya mengakui bahwa yang saya maksudkan gagal disini adalah hal sepele macam, tidak jadi pengurus OSIS-MPK atau tidak diterima di divisi acara atau tidak dipuji dosen pembimbing. Sepele sekali kan kegagalan saya?
Nah, ceritanya, saya baruuu saja mengalami lagi sebuah kegagalan kecil. Saya tidak mendapatkan apa yang saya inginkan. Lucunya mungkin karena kejadiannya di bulan Ramadhan, saya jadi mikir dan merenung. Kenapa ya saya bisa gagal? Padahal saya sudah sering membentuk tim. Harusnya saya tahu, bahwa dalam sebuah tim, bukan kompetensi yang nomor satu melainkan kecocokan. Mungkin saya memang orang yang terlihat kaku dan dinilai tidak bisa membaur dengan orang-orang. Lalu jadi ingat, banyak sekali teman saya yang suka bilang senyum kenapa sih Bes! Apa sih susahnya senyum! Nggak rugi apa-apa kok! Biar orang-orang nggak lihat kamu serem! Ah, padahal saya paling benci kalau salah dinilai. Tapi ternyata memang saya yang tidak mau berusaha dinilai baik oleh orang kan?
Hasil renungan yang kedua adalah, mungkin saya sedang ditegur sama Allah. Lagi disuruh ambil hati yang lagi di langit, buat ditanam balik ke tanah. Lagi diingetin kalo Ya, sekali-kali kamu butuh instropeksi Bes! Masa nyalahin keadaan terus! Kalo hidupmu enak terus, kapan kamu jadi butuh Aku kan? Mungkin gitu kali ya. Mungkin Allah lagi cemburu karena saya merasa saya sudah bisa sendiri. Sudah cerdas, sudah hebat, sudah mampu berdiri sendiri. Padahal mah, mana....... Didiemin sebentar sama Allah juga langsung kalang kabut.
Hmmm, jadi begitulah hasil renungan hari ini. Ternyata menyambut kegagalan bisa sebegini melegakan ya.
Oya, ini tulisan rapel untuk empat hari ya. Hahahaha. Sekian.
Saturday, 11 June 2016
Ramadhan Hari #6
Sabtu, 11 Juni 2016
23.37, Sebuah drama historis di layar laptop
Merenungi, is there any hope for our nation? Shall we watch it fall apart? Or save it? How?
23.37, Sebuah drama historis di layar laptop
Merenungi, is there any hope for our nation? Shall we watch it fall apart? Or save it? How?
When Love Arrives
Jadi, saya sama Nur Izzatul Muthiah bikin writing challenge lucu-lucuan. Tiap dua minggu sekali kita gantian ngasih tema untuk nulis buat satu sama lain. Maka inilah tema pertama untuk saya: when love arrives.
Seinget saya, saya sering sekali bilang, ke orang orang maupun di blog ini, cinta itu energi positif. Apapun yang membuat kamu jadi lebih baik dari sebelumnya karena seseorang atau sesuatu, itu adalah energi positif. Artinya itu adalah cinta.
Jadi ketika love arrives, ya we have to embrace it tightly. Kita harus memeluk dengan erat segala hal yang membuat kita jadi tambah positif toh? Karena aktualisasi diri ke arah yang lebih baik adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Tapi, yang perlu digarisbawahi adalah it is the love that we need to embrace and welcome, not the man himself. Perubahan diri yang harus kita terima dengan lapang dada dan bahagia. Bukan orangnya. Once we fall hard with some man, we always blinding ourselves. Tricking our heart and assuring our brain that he is the one, that he is the best match for us. Itu kenapa cinta selalu diikuti kata buta dan diawali dengan jatuh. Pasalnya, ketika kita sudah jatuh dan buta, bukan lagi energi positif yang kita dapat, melainkan hanya kecemasan dan kegelisahan. Kalau sudah bukan energi positif, berarti bukan cinta toh?
Lantas apa yang kita lakukan pada dia ketika dia datang? Pilihannya hanya dua, perjuangkan hingga ke pelaminan, atau diam saja. Diam saja. Diam dan mari disimpan baik-baik. Diam dari dia, dan juga diam dari orang-orang lain. Apa yang akan datang dari membicarakannya ke banyak orang? Apa yang akan datang dari mengaguminya melalui cerita kepada orang lain? Selain pengharapan berlebihan dan rasa cemas yang semakin tinggi. Sekali lagi, karena selalu ada jatuh di depan cinta, dan buta di belakangnya.
Saya percaya masanya akan datang di saat cinta mengetuk pintu hati kita dan mempermainkannya. Dan masanya akan datang pula ketika cinta akan mengucap salam dan masuk, alih-alih hanya tersenyum di pintu saja. Tapi sampai cinta siap untuk masuk, maka sebaiknya kita diam saja dan terus memantaskan diri toh? Karena, kata siapa memantaskan diri bukan bagian dari memperjuangkan cinta?
ps: sebenernya gambarnya nggak ada hubungannya sama sekali, I cannot help but loves that pic
pps: saya juga belum bisa mencintai dalam diam, tapi saya ingin belajar. Seperti Ali kepada Fatimah, yang mendapatkannya.
ppps: menulis tema ini, sulit sekali. Karena saya harus benar-benar berpikir dan merasa berulang kali.
Seinget saya, saya sering sekali bilang, ke orang orang maupun di blog ini, cinta itu energi positif. Apapun yang membuat kamu jadi lebih baik dari sebelumnya karena seseorang atau sesuatu, itu adalah energi positif. Artinya itu adalah cinta.
Jadi ketika love arrives, ya we have to embrace it tightly. Kita harus memeluk dengan erat segala hal yang membuat kita jadi tambah positif toh? Karena aktualisasi diri ke arah yang lebih baik adalah salah satu kebutuhan dasar manusia. Tapi, yang perlu digarisbawahi adalah it is the love that we need to embrace and welcome, not the man himself. Perubahan diri yang harus kita terima dengan lapang dada dan bahagia. Bukan orangnya. Once we fall hard with some man, we always blinding ourselves. Tricking our heart and assuring our brain that he is the one, that he is the best match for us. Itu kenapa cinta selalu diikuti kata buta dan diawali dengan jatuh. Pasalnya, ketika kita sudah jatuh dan buta, bukan lagi energi positif yang kita dapat, melainkan hanya kecemasan dan kegelisahan. Kalau sudah bukan energi positif, berarti bukan cinta toh?
Lantas apa yang kita lakukan pada dia ketika dia datang? Pilihannya hanya dua, perjuangkan hingga ke pelaminan, atau diam saja. Diam saja. Diam dan mari disimpan baik-baik. Diam dari dia, dan juga diam dari orang-orang lain. Apa yang akan datang dari membicarakannya ke banyak orang? Apa yang akan datang dari mengaguminya melalui cerita kepada orang lain? Selain pengharapan berlebihan dan rasa cemas yang semakin tinggi. Sekali lagi, karena selalu ada jatuh di depan cinta, dan buta di belakangnya.
Saya percaya masanya akan datang di saat cinta mengetuk pintu hati kita dan mempermainkannya. Dan masanya akan datang pula ketika cinta akan mengucap salam dan masuk, alih-alih hanya tersenyum di pintu saja. Tapi sampai cinta siap untuk masuk, maka sebaiknya kita diam saja dan terus memantaskan diri toh? Karena, kata siapa memantaskan diri bukan bagian dari memperjuangkan cinta?
ps: sebenernya gambarnya nggak ada hubungannya sama sekali, I cannot help but loves that pic
pps: saya juga belum bisa mencintai dalam diam, tapi saya ingin belajar. Seperti Ali kepada Fatimah, yang mendapatkannya.
ppps: menulis tema ini, sulit sekali. Karena saya harus benar-benar berpikir dan merasa berulang kali.
Ramadhan Hari #5
Jumat, 10 Juni 2016
15.30, Depan Ruang Sidang
"Aaaaah nanti kalo gue yang sidang gimana dong~ Gue panik banget~"
"Shalat dhuha ga Bes? Shalat tarawehnya bolong ga Bes? Kalo dhuha sama qiyamul lailnya rajin, insya Allah sidangnya juga lancar"
15.30, Depan Ruang Sidang
"Aaaaah nanti kalo gue yang sidang gimana dong~ Gue panik banget~"
"Shalat dhuha ga Bes? Shalat tarawehnya bolong ga Bes? Kalo dhuha sama qiyamul lailnya rajin, insya Allah sidangnya juga lancar"
Thursday, 9 June 2016
Ramadhan Hari #4
Kamis, 9 Juni 2016
18.30, Kontrakan tercinta
Hari ini, Ica sama Thifal main (ngebut ngerjain deadline skripsi) di kontrakan. Sebagai pengangguran yang nggak punya kerjaan selain blogging dan baca novel dan nonton drama, maka saya merasa punya tanggung jawab untuk masakin sesuatu buat buka puasa. Maka jadilah saya masak cream pasta.
Bahannya simpel dan seperti biasa aja. Pasta, paprika, sosis, sama bawang bombay. Ditambah susu sama keju. Sudah dikira-kira buat tiga orang yang laper karena seharian nggak makan dan lagi stress ngurusin deadline. Hasilnya? Ternyata kebanyakan :( Enak sih. Tapi masih sisa banyak. Kan sayang.
Hikmahnya, segala hal yang berlebihan itu emang nggak baik. Meskipun sedang laper. Secukupnya saja. Insya Allah berkah.
Anw lagi, itu gambarnya saya ambil dari google. Soalnya cream pasta yang saya masak, saat ini udah habis.
18.30, Kontrakan tercinta
Hari ini, Ica sama Thifal main (ngebut ngerjain deadline skripsi) di kontrakan. Sebagai pengangguran yang nggak punya kerjaan selain blogging dan baca novel dan nonton drama, maka saya merasa punya tanggung jawab untuk masakin sesuatu buat buka puasa. Maka jadilah saya masak cream pasta.
Bahannya simpel dan seperti biasa aja. Pasta, paprika, sosis, sama bawang bombay. Ditambah susu sama keju. Sudah dikira-kira buat tiga orang yang laper karena seharian nggak makan dan lagi stress ngurusin deadline. Hasilnya? Ternyata kebanyakan :( Enak sih. Tapi masih sisa banyak. Kan sayang.
Hikmahnya, segala hal yang berlebihan itu emang nggak baik. Meskipun sedang laper. Secukupnya saja. Insya Allah berkah.
Anw lagi, itu gambarnya saya ambil dari google. Soalnya cream pasta yang saya masak, saat ini udah habis.
Ramadhan Hari #3
Rabu, 8 Juni 2016
19.58, Percakapan di WhatsApp
Ceritanya habis bangkrut. Jadi minta subsidi ke Ibu buat serentetan buka puasa bersama. Terus sewaktu udah dikirim subsidinya sama Ibu, tanpa sadar saya nge-chat gini ke Ibu, "Muuci cintaku, I love you, kiss kiss"
Terus saya sadar. Itu adalah kata-kata yang sering sekali saya bilang ke temen-temen. Tulus ataupun tidak. Tapi jarang sekali saya bilang begitu ke Ibu atau Bapak. Padahal Bapak sama Ibu kan juga pingin ya tau anaknya sayang sama mereka atau tidak. Kadang keluarga memang jadi yang paling acuh dalam hal menunjukkan kasih sayang bukan? Jadi mari saling ucapkan sayang ke Bapak dan Ibu selagi masih bisa.
Anw, Ibu senang sekali loh kalo diucapin I love you atau sejenisnya. Meski konteks I love you disini cuma sebagai suap karena abis dikasih subsidi HAHA.
19.58, Percakapan di WhatsApp
Ceritanya habis bangkrut. Jadi minta subsidi ke Ibu buat serentetan buka puasa bersama. Terus sewaktu udah dikirim subsidinya sama Ibu, tanpa sadar saya nge-chat gini ke Ibu, "Muuci cintaku, I love you, kiss kiss"
Terus saya sadar. Itu adalah kata-kata yang sering sekali saya bilang ke temen-temen. Tulus ataupun tidak. Tapi jarang sekali saya bilang begitu ke Ibu atau Bapak. Padahal Bapak sama Ibu kan juga pingin ya tau anaknya sayang sama mereka atau tidak. Kadang keluarga memang jadi yang paling acuh dalam hal menunjukkan kasih sayang bukan? Jadi mari saling ucapkan sayang ke Bapak dan Ibu selagi masih bisa.
Anw, Ibu senang sekali loh kalo diucapin I love you atau sejenisnya. Meski konteks I love you disini cuma sebagai suap karena abis dikasih subsidi HAHA.
Ramadhan Hari #2
Selasa, 7 Juni 2016.
13.30, Gedung MBRC FISIP UI, Depok.
Berkumpul bersama anak-anak 2015 yang lucu. Mereka lagi belajar Teori Komunikasi. Terus sebagai senior baik hati dan pengangguran yang punya banyak waktu, saya ikutan mereka belajar. Lucu sekali. Anak-anak ini sungguhan gitu belajarnya. Maksudnya, mereka benar-benar dengerin dengan sungguh-sungguh, nyatet apapun yang butuh dicatat, tanya kalau nggak paham, dan ngebenerin penjelasan kalo saya salah ngejelasinnya. Lucu sekali kan?
Lantas jadi instropeksi. Kenapa ya dulu saya nggak pernah belajar sekeras ini? Bukan cuma belajar mungkin, dalam segala hal, saya nggak pernah melakukannya dengan maksimal, dan selalu bikin menyesal.
Lantas jadi bersyukur juga. Saya masih dianugerahi bocah-bocah ini, yang semangat nanya-nanya tentang kuliah dan kampus. Yang mungkin mereka nanti yang bakalan bikin saya masuk surga. Siapa yang tahu. Terima kasih ya dek, sudah mau nanya-nanya ke kakakmu ini, meskipun jawabannya bego.
Oya, ini ceritanya lagi Ramadhan Writing Challange diajakin Nindy. Sekian.
13.30, Gedung MBRC FISIP UI, Depok.
Berkumpul bersama anak-anak 2015 yang lucu. Mereka lagi belajar Teori Komunikasi. Terus sebagai senior baik hati dan pengangguran yang punya banyak waktu, saya ikutan mereka belajar. Lucu sekali. Anak-anak ini sungguhan gitu belajarnya. Maksudnya, mereka benar-benar dengerin dengan sungguh-sungguh, nyatet apapun yang butuh dicatat, tanya kalau nggak paham, dan ngebenerin penjelasan kalo saya salah ngejelasinnya. Lucu sekali kan?
Lantas jadi instropeksi. Kenapa ya dulu saya nggak pernah belajar sekeras ini? Bukan cuma belajar mungkin, dalam segala hal, saya nggak pernah melakukannya dengan maksimal, dan selalu bikin menyesal.
Lantas jadi bersyukur juga. Saya masih dianugerahi bocah-bocah ini, yang semangat nanya-nanya tentang kuliah dan kampus. Yang mungkin mereka nanti yang bakalan bikin saya masuk surga. Siapa yang tahu. Terima kasih ya dek, sudah mau nanya-nanya ke kakakmu ini, meskipun jawabannya bego.
Oya, ini ceritanya lagi Ramadhan Writing Challange diajakin Nindy. Sekian.
Subscribe to:
Posts (Atom)