Wednesday, 29 August 2012
Pinta
Sadar nggak sih, seberapa sering kita meminta?
Minta apaaaa aja. Minta ditraktir, minta masuk SMA ini, minta kuliah disini, minta nilai, minta uang, minta laptop, minta mobil, minta pacar... Seriiiing banget kita meminta, dan pada siapa saja. Sahabat, teman, guru, orang tua. Dan yang jelas satu: minta sama Tuhan.
Memiliki Tuhan adalah kebutuhan dasar manusia. Kita pasti butuh Tuhan, agama apapun itu. Islam, kristen, protestan, hindu, budha, bahkan yang (maaf) atheis sekalipun. Pasti ada detik-detik dalam hidupnya dimana ia meminta pada Dzat-Yang-gaib. Yang kemampuan-Nya tidak bisa dijangkau akal manusia.
Sadar nggak sih, bahwa kita seriiiing sekali memaksakan apa yang kita pinta? Ngaku aja lah~ pasti diantara kita lebih banyak yang bilang "Ya Allah, hamba ingin masuk univ anu" dibandingkan "Ya Allah, aku pasrah atas apa yang Engkau beri"
Dan sadar nggak sih, kalo beberapa diantara kita mungkin ngambek ketika pinta itu belum dikabulkan? Kecewa, marah, itu juga perwujudan ngambek.. Pernah nggak sih kita melihat dari sisi lain dan meyakini bahwa skenario dari arasy itu akan lebih hebat? Karena memang nyatanya, itu lebih hebat :)
Check this out. Nyata!
Saturday, 18 August 2012
aku ingin menulis
Karena aku ingin abadi
Mengabadikan pemikiran dalam tulisan
Karena aku ingin menjejak meninggalkan hampa
Hampa dan diam yang menyiksa
Karena aku ingin menyimpan sejarah
Tentang betapa konyolnya ku lewati masa remaja ku
Karena aku ingin menyimpannya sebagai pengingat
Bahwa idealisme ku terekam disini
Dan takkan kubiarkan usia memakannya
Karena itulah aku ingin menulis
Mengabadikan pemikiran dalam tulisan
Karena aku ingin menjejak meninggalkan hampa
Hampa dan diam yang menyiksa
Karena aku ingin menyimpan sejarah
Tentang betapa konyolnya ku lewati masa remaja ku
Karena aku ingin menyimpannya sebagai pengingat
Bahwa idealisme ku terekam disini
Dan takkan kubiarkan usia memakannya
Karena itulah aku ingin menulis
Tuesday, 7 August 2012
Tolong
Udah seminggu lebih di depok. "Depok gimana Bes?" panas. Macet. Jalanan serem. Angkotnya brutal.
Tapi di depok ini aku kuliah. Begitu masuk area UI, kamu bakalan nemu sistem yang berbeda. Yang memfasilitasi mahasiswa banget.. Ada spekun (Sepeda kuning) yang bisa dipinjem buat muter muter UI. Ada bikun (Bis kuning) yang muncul tiap 15 menit di halte bikun dan nggak bisa di-stop sembarangan. Di UI ini... Di masjidnya yang gede. Perpusnya yang guede. Hutannya yang gueeeede. Somehow masih ngerasa "beneran nih aku kuliah disini?"
Maba.
Ospek
Seperti semua maba yang lagi ospek di seluruh penjuru Indonesia. Di sini juga banyak tugas. Banyak ketentuan dan regulasi. Sebel? Nggak juga. Capek? Iya banget. Bukannya sombong ya, tapi dengan jungkir baliknya dunia Smala ku (yang super sibuk, yang bahkan tugas MOS dan LDK nya lebih banyak dari ospek ini) aja aku masih ngerasa capek banget. Mondar mandir di kampus dari pagi sampai malem. Apalagi mereka yang nggak pernah dikader macam smalane?
Bukan, aku tidak menyalahkan rasa capek dan kantuk atau marah yang mungkin menyerang semua maba. Aku kecewa pada etika yang ditunjukkan oleh mereka mereka yang tidak puas.
"Gila, harus pake putih putih? A males a, biar aja besok gua kagak mau make"
"Bisa cabut kok. Tetep dapet, nggak mungkinlah.. Itu kan hak kita"
"Nggak usah gitu kak, capek lo ntar"
"Apaan sih? Display UKM? lu dateng? males banget gua"
dan sebagainya dan sebagainya...
Itu omongan maba UI. Yang katanya kampus perjuangan. Omongan picik untuk merencanakan pelanggaran peraturan dan mencela panitia dari segala sisi. Setiap keluhan keluhan itu terdengar, aku jadi kangen berat sama Smala. Sama semua obrolan inteleknya. Memang ya, kualitas seseorang itu terbukti dari apa yang mereka bicarakan.
Ayolah bagi yang merasa dirinya maba. Apa susahnya kita nurut sama senior? Kita nggak bakalan disesatin kok. Apa susahnya sih berpikir positif dan memanfaatkan apa yang kita dapatkan dari ospek ini? Mana kebanggan yang kalian tunjukkan saat pengumuman ujian masuk dulu? Hilang ditelan kata ospek? Nggak kan?
Capek memang, tapi percaya deh, bakalan terbayar kok... Ayo kita jadi mahasiswa yang berkualitas. Yang keberadaannya meninggalkan jejak di jantung kampus. Yang manfaatnya terasa bahkan ke sum sum generasi-entah-keberapa nanti.
Kalau menghadapi permasalahan maba aja kalian begini, gimana kalian mau menghadapi permasalahan dunia? Kalau keluhan itu datang secepat ini, terus didaraskan tanpa kerja, ya jangan marah kalau pemimpin pemimpin bangsa ini juga melakukan hal yang sama.
Kampus itu heterogen. Aku tau. Banyak pemikiran. Aku tau. Tapi tolong, hilangi kebiasaan mengeluh itu. Apa sih yang kalian keluhkan? Sementara yang kalian lihat saat ini hanya melihat permukaannya saja kawan...
Tolong.
Tapi di depok ini aku kuliah. Begitu masuk area UI, kamu bakalan nemu sistem yang berbeda. Yang memfasilitasi mahasiswa banget.. Ada spekun (Sepeda kuning) yang bisa dipinjem buat muter muter UI. Ada bikun (Bis kuning) yang muncul tiap 15 menit di halte bikun dan nggak bisa di-stop sembarangan. Di UI ini... Di masjidnya yang gede. Perpusnya yang guede. Hutannya yang gueeeede. Somehow masih ngerasa "beneran nih aku kuliah disini?"
Maba.
Ospek
Seperti semua maba yang lagi ospek di seluruh penjuru Indonesia. Di sini juga banyak tugas. Banyak ketentuan dan regulasi. Sebel? Nggak juga. Capek? Iya banget. Bukannya sombong ya, tapi dengan jungkir baliknya dunia Smala ku (yang super sibuk, yang bahkan tugas MOS dan LDK nya lebih banyak dari ospek ini) aja aku masih ngerasa capek banget. Mondar mandir di kampus dari pagi sampai malem. Apalagi mereka yang nggak pernah dikader macam smalane?
Bukan, aku tidak menyalahkan rasa capek dan kantuk atau marah yang mungkin menyerang semua maba. Aku kecewa pada etika yang ditunjukkan oleh mereka mereka yang tidak puas.
"Gila, harus pake putih putih? A males a, biar aja besok gua kagak mau make"
"Bisa cabut kok. Tetep dapet, nggak mungkinlah.. Itu kan hak kita"
"Nggak usah gitu kak, capek lo ntar"
"Apaan sih? Display UKM? lu dateng? males banget gua"
dan sebagainya dan sebagainya...
Itu omongan maba UI. Yang katanya kampus perjuangan. Omongan picik untuk merencanakan pelanggaran peraturan dan mencela panitia dari segala sisi. Setiap keluhan keluhan itu terdengar, aku jadi kangen berat sama Smala. Sama semua obrolan inteleknya. Memang ya, kualitas seseorang itu terbukti dari apa yang mereka bicarakan.
Ayolah bagi yang merasa dirinya maba. Apa susahnya kita nurut sama senior? Kita nggak bakalan disesatin kok. Apa susahnya sih berpikir positif dan memanfaatkan apa yang kita dapatkan dari ospek ini? Mana kebanggan yang kalian tunjukkan saat pengumuman ujian masuk dulu? Hilang ditelan kata ospek? Nggak kan?
Capek memang, tapi percaya deh, bakalan terbayar kok... Ayo kita jadi mahasiswa yang berkualitas. Yang keberadaannya meninggalkan jejak di jantung kampus. Yang manfaatnya terasa bahkan ke sum sum generasi-entah-keberapa nanti.
Kalau menghadapi permasalahan maba aja kalian begini, gimana kalian mau menghadapi permasalahan dunia? Kalau keluhan itu datang secepat ini, terus didaraskan tanpa kerja, ya jangan marah kalau pemimpin pemimpin bangsa ini juga melakukan hal yang sama.
Kampus itu heterogen. Aku tau. Banyak pemikiran. Aku tau. Tapi tolong, hilangi kebiasaan mengeluh itu. Apa sih yang kalian keluhkan? Sementara yang kalian lihat saat ini hanya melihat permukaannya saja kawan...
Tolong.
Thursday, 2 August 2012
Orang ini
Belum pernah ketemu sih. Bahkan orang ini nggak tau siapa saya. Tapi orang ini sudah berhasil memberi saya banyaaaaak sekali inspirasi. Dari blognya. Dari cerita mbak. Semuanya. Bahkan orang ini berhasil membuat saya menangis hanya dengan membaca tulisan tulusnya.
Check this out
Check this out
Kata Lintang
Semalem teraweh di masjid deket kosan sama Ica sama Lintang. Tiba-tiba Lintang bilang gini:
"Aku pernah baca, katanya itu dunia ini busuk bukan karena kejahatan yang dilakukan orang-orang jahat, tapi karena the silence of good people"
"Aku pernah baca, katanya itu dunia ini busuk bukan karena kejahatan yang dilakukan orang-orang jahat, tapi karena the silence of good people"
Subscribe to:
Posts (Atom)