Anak kecil itu mematut diri di depan cermin, menggenggam lipstik merah milik ibunya. Dan sembari tersenyum memolesnya dengan berantakan di bibir mungilnya. Ia kenakan high heels ibunya dan berjalan sempoyongan tak ubahnya model super cantik. Setelah kelelahan, ia berhenti dan kembali mematut cermin seraya berpikir polos ibu, kapan aku dewasa? aku ingin berdandan dan pergi bekerja seperti ibu.
Sang gadis tengah duduk di dalam kelasnya, setengah mendengarkan gurunya yang berbicara lambat. Bosan. tiga bulan lagi dan aku lulus. Bebas dari seragam butut ini. Aku akan mengenakan jas almamater ku dan mengucapkan selamat tinggal pada guru-guru ku. Tiga bulan lagi. Dari kejauhan ia melihat gerombolan anak kecil berlarian, entah darimana datangnya. ah, enaknya jadi mereka. Tidak repot dengan segala macam tugas dan ujian yang harus ku kerjakan. Tuhan, apa yang dulu kulakukan ketika kecil? Dan si gadis memaksa otak dan hatinya untuk diam dan mendengarkan ucapan lambat sang guru.
Aku lelah dengan hidupku. Si wanita paruh baya duduk kelelahan di kursi ruang tamu. Lelah setelah membereskan rumah sepulang bekerja. Aku lelah berpikir tentang hidup. Hutang yang ada dimana-mana, anak-anak yang tidak patuh. Aku lelah dengan hidupku. Ia berdiri dan berjalan menuju dapur. Memulai aktivitasnya sebagai koki. Kapan aku bisa tenang tanpa beban pikiran seperti anak kecil? Semoga aku cepat tua agar beban ini cepat hilang.
See? Manusia tidak pernah bersyukur... Masih ingin hidup hanya dengan menyesali masa lalu? Atau terus mengkhawatirkan masa depan?. Ya, keduanya penting. Tapi yang paling penting adalah, lakukan yang terbaik hari ini. Sehingga tak ada penyesalan. Tak ada kekhawatiran
No comments:
Post a Comment