Pages

Tuesday, 28 March 2017

Life: Episode Cuci Karpet

Cerita ini tentang episode hidup saya saat berumur 6-15an tahun. Dulu, rumah saya hanya bangunan yang kami fungsikan sebagai tempat makan dan tidur. Orang tua saya, keduanya guru, dan dengan penghasilan (yang saat itu) tidak seberapa, serta (saat itu) dua anak yang harus disekolahkan, rumah kami benar-benar tidak seperti rumah.

Di ruang depan, yang kami fungsikan sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, sekaligus tempat tidur, tidak ada sofa, yang ada hanya sebuah karpet seperti karpet masjid zaman dulu. Besaaar, ada dua lapis, yang dibawah berwarna merah, dan yang diatas berwarna abu-abu. Karpet itu, sejauh saya mengingat, sudah ada bersama rumah kami. Dan setiap hari permukaan karpet itu hanya dibersihkan seperlunya. Bayangkan berapa banyak debu dan rambut yang berkumpul disana. Hahaha.

Jadi karena karpetnya besaar sekali, bagaimana kami membersihkannya? Karpet itu mungkin hanya kami cuci dua kali setahun. Setiap hujan lebat. Karpet super besar itu kami keluarkan dan kami bentangkan di jalan (yes, you read it right. Di jalan). Kemudian saya dan ayah saya akan hujan-hujan sambil mencuci karpet. Menggunakan air hujan, sikat cuci baju, dan sabun cuci. Karpetnya besar sekali sehingga biasanya baru akan selesai setelah dua jam kami hujan-hujan.

Sekarang, bertahun-tahun setelah rumah kami renovasi dan ruang depan kami tanpa karpet, saya tidak tahu kemana karpet legendaris itu pergi :( kadang, rindu rumah adalah mengingat sesuatu sesederhana mencuci karpet di tengah hujan bersama ayah.

Nb: that was the only photo of me and my dada alone that I can find~ I cannot find the photo of that big carpet too~ Nor the photo of our old home~

No comments:

Post a Comment