Pages

Saturday, 31 August 2013

Gagal Move On

Ada salah satu kepanitiaan yang bikin gagal move on. Serius gagal move on. Nama kepanitiaannya Pengenalan Sistem Akademik Kampus dan Kemahasiswaan 2013, kami menyebutnya dengan PSAK FISIP UI 2013. Kalian biasa mengenalnya dengan ospek fakultas.

Gila. Sumpah gila. Kepanitiaan ini, adalah kepanitiaan paling binal, yet, paling emosional yang pernah ku ikuti.

Kepanitiaan kepunggawaan ini dikomandoi oleh seorang akang-akang yang cerdas dan lucu, kang Alvin Qobulsyah, dan bersama sahabat super gilanya, bang Beringin Kusuma, muncul ide-ide fresh untuk PSAK. Truly ide fresh. Nggak cuma untuk maba, tapi juga untuk seluruh punggawa. Karena, nggak cuma maba yang dapat pembelajaran, kami, para punggawa juga dapat sekian banyak pembelajaran, menjadi pribadi yang lebih baik. Menjadi orang-orang yang lebih baik. Pecah. Gila. Sayang banget sama mereka berdua.

“PSAK ini jadi kamar mandi bagi kita. Karena orang bisa bertingkah jujur di kamar mandi. Yang bisa membangkitkan dengan guyuran air dinginnya dan menyembuhkan dengan kita berendam air panas di dalamnya. Jadikan FISIP itu rumah. Rumah kecil yang lengkap. Ada ruang keluarganya, ada kamar pribadinya, ada kamar mandinya”

“Kami nggak bisa mengatakan ‘sama-sama jaga FISIP ya’ karena kami sudah waktunya pergi. Yang bisa kami lakukan adalah titip kunci rumah ini. Tolong dijaga. Kami pasti akan kembali ke rumah, tapi kami nggak tau kapan akan kembali, mungkin besok, mungkin 5 tahun lagi, mungkin setelah pensiun. Maka kami titipkan kuncinya ke kalian. Perbaiki yang bisa diperbaiki, tapi biarkan kamar pribadi kami apa adanya, jangan dibersihkan, biarkan itu jadi kenangan untuk kami”

...

Sebenernya pingin banget bikin tulisan untuk PSAK, tapi serasa tetiba speecchless. Cuma bisa bilang: makasih, udah diizinkan bergabung di kepunggawaan super kece ini. Makasih sudah mau jadi keluarga baru yang super solid. Makasih udah dipercaya buat dititipin kunci rumahnya. Makasih buat semuanya...
Really, ini kepanitiaan paling kece yang pernah ada.

“kami mungkin bukan tim terbaik, tapi terima kasih, Tuhan, telah menjadikan kami sebuah tim”



PS:
“Pertama kali liat Bestari itu, orangnya cerewet, semua hal dikomentarin. Cerianya, nggak tau gimana bisa kayak gitu. Tapi semua yang liat bestari juga pasti tau, kalo nggak ada apa apa di dalemnya selain bersih. Nggak ada setituk pun yang kotor. Karena itu bestari hebat”
-Sambosam

Wednesday, 21 August 2013

Belajar Bicara (Kembali)



Question

Kayaknya hukum aksi reaksi udah mulai nggak berlaku di kehidupanku. Berkorban sama bodoh emang tipis bedanya. jadi orang jahat kayaknya enak, nggak pake repot mikirin orang lain. Tapi emang hatiku cukup kuat buat jadi sejahat itu? Hmmmm, atau memang aku terlalu bodoh ya? Aku bahkan nggak paham kenapa mau kayak gini... buat apa sih... siapa tau ini benar-benar akan jadi titik balik dalam hidupku dan mulai besok kalian akan menjumpai bestari yang jahat dan masabodo sama orang lain. Siapa tau.

Pingin nangis, capek. Capek banget jadi orang yang selalu berkorban. Capek selama ini selalu ngerjain hal paling banyak, tanpa diliat orang (eventhough i dont wish to be seen) tapi selalu paling banyak dievaluasi. Capek selalu merhatiin orang tapi selalu luput dari perhatian orang (its not mean i want to be noticed, just so that you know), Capek jadi yang ngingetin tapi nggak ada yang peduli buat inget. Capek banget rasanya ada disini. Capek banget...

Answer
Besss, kamu pernah bilang kamu seorang pion yang bisa jadi apapun kan? Itu Bes, ternyata kamu harus jadi pengingat, pemerhati, pembimbing, pengkritik, penerima yang aku yakin semua itu nggak mudah gitu. Mungkin kalau yang menghadapi ini orang lain, mereka gak seteguh kamu. Berat bes jadi kamu, banget. Tapi bersyukurlah kamu dijadikan orang terhebat disana. Di dalam rumah, keluarga itu ada berbagai macam individu yang beda sifatnya. Keluarga bukan cuma tempat kita ngerasa nyaman kok bes tapi tempat dimana kita menerima dan belajar tegar menerima masalah yang justru itu dari keluargamu sendiri. Dibalik itu kamu harus inget tapi kamu rindu ingin kembali setelah kamu pergi lama. Ingat! Lebih susah memerangi saudaramu sendiri dibanding memerangi orang lain. Kamu harus belajar terbuka sama setiap individu di keluargamu dan kamu harus mengajari mereka bes. Itu salah satu tindakanmu yang ngebuat orang lain jadi ketergantungan atau ngandelin kamu J Ayo belajar mengungkapkan dan tidak memendam sesuatu. Aku tau kamu sangat hebat nak, ajarilah orang lain buat sehebat kamu. Jangan biarkan mereka menggantung diri pada kehebatanmu.

Result
... Masalahnya ada pada tanggung jawab lo, gue kecewa sebenernya sama lo kalo kaya gini caranya. Gue sayang sama lo, percaya itu. Gue nggak masalah kok kalo harus [...] masalahnya, lo nggak bakal belajar. Dan percayalah, susah buat gue ngomong kayak gini. Gue capek jadi orang yang selalu nginetin kalian. Akan ada saat dimana gue juga lupa dan nggak bisa diandelkan. Jadi plis jangan lo marah sama gue karena udah ngomel sepanjang ini, karena kalo ada yang disalahkan, ini emang salah gue. Gue capek mendem perasaan ke kalian terus. Capek jadi orang yang berjalan paling belakang dan nambal semua lubang yang kalian tinggal tanpa kalian sendiri sadar. Jadi tolong...
Rasanya kayak ngeluarin racun dari dalem tubuh. Lega. Kayaknya aku belum akan jadi orang jahat. Hatiku masih mau jadi baik.

Kesimpulan
Jadi jahat, sesekali itu perlu. Tapi jadi baik itu jauh lebih penting. Mendengarkan itu bagus. Tapi berani mengungkapkan perasaan itu jauh lebih penting. Diam itu emas, tapi terkadang bicara itu platinum. Jadi, despite of segala kebohongan yang ada pada A untuk menghibur Q, it still helps alot.
Beruntunglah kalian yang memiliki teman-teman yang baik yang berani menampar pipimu saat kamu salah. Dan sampaikan cintamu padanya sebelum semua kemanisan persahabatan itu akhirnya menghilang.
Sebelum penyesalannya datang.