Pages

Wednesday 19 December 2012

Because... I was called a genius

Sudah dari semalem sebel. Karena banyak sekali spoiler muncul di linimasa twitter. Mereka bilang Neji mati. Buat yang suka sama Naruto, setidaknya pernah baca sampai buku yang ke-sekian-belas pasti tahu siapa Neji. Hyuuga Neji. Sebenernya Neji bukan karakter favoritku, tapi entahlah, tiba-tiba ingin membuat tulisan tentangnya.

Kalo bicara tentang Neji, artinya kita bicara tentang takdir. Hidupnya nggak bisa dilepaskan dari takdir.  Dia bahkan pernah mikir bahwa takdir itu sudah pasti, nggak bakal bisa diubah.

Sebenernya takdir itu apa sih? Apakah suatu garis yang benar-benar udah strict ada? Lantas, kalau memang begitu, untuk apa kita harus mati-matian berusaha? Hmmm, kalo dalam islam, takdir itu ada dua jenisnya, ada yang bisa diubah dan ada yang tidak. Kematian, jodoh, adalah hal mutlak yang nggak bisa diubah. Tapi memilih kematian itu bisa. Dengan cara apa kita akan mati? Cara mulia dan akan didukai oleh banyak orang kah. Atau cara hina yang tak seorang pun akan mau mengingatnya. Dan Neji memilih bagaimana dia mati, akhirnya.

Belajar dari Neji adalah belajar dari seorang yang genius. Yang memang dilahirkan dengan kemampuan diatas rata-rata. Tapi melihat Neji juga bisa menjadi pelajaran, bahwa tulus itu penting. Bahwa memaafkan itu penting. Melihat Neji itu belajar tentang membuka hati dengan memaafkan orang lain, dengan tulus. Melihat Neji itu belajar untuk terus mengoptimalkan kemampuannya meski ia adalah jenius.

Hmm, entahlah, mungkin setiap orang akan merasa melihat sebagian dirinya dari Neji. Angkuh. Pintar. Takut pada takdir.

Dan melihat Neji mati, mengingatkanku pada bagaimana nanti aku akan mati. Neji memilih caranya untuk mati: melindungi Hinata dan Naruto. Lantas siapa yang akan kulindungi dengan kematianku nanti?

"Because... I was called a genius"

No comments:

Post a Comment