Pages

Monday, 10 June 2013

Untuk kalian, the great comrades

Percayalah, apapun yang kamu lihat itu bukan yang sebenarnya. Sungguh. Kamu mungkin bisa melihatku yang selalu loncat kesana kemari dengan segala sisi ke-ekstrovert-anku. Tanpa mau melihat sisi gelap dan introvertku yang sengaja kututup rapat-rapat. Orang lain juga begitu. Dan kamu akan terkejut setelah mengetahui betapa hebat mereka sebenarnya.



Awal aku mengenal orang orang ini, tidak ada yang istimewa. Dengan segala jenis kesombongan yang aku punya, aku merasa mereka hanyalah mahasiswa biasa. Sedikit lebih cerdas mungkin dibandingkan rata-rata mahasiswa, tapi overall, biasa saja. Dengan segala macam kesombonganku, aku menganggap mereka tidak secuil pun lebih hebat dariku.

Tapi pernahkah kamu merasa begitu tertinggal? Pernahkah kamu merasa menjadi yang terbodoh dan tidak bisa apa-apa? Mungkin kamu bilang, ah anak ini alay, mana mungkin kita jadi yang paling bodoh di segala hal? Tapi ketika kamu berada di tengah-tengah orang-orang ini, kamu akan benar-benar merasa menjadi yang paling bodoh. Aku merasa menjadi yang paling bodoh. Seriusan.

Berada di tengah-tengah orang-orang ini dengan segala kesombonganku... Awalnya aku merasa aku sebanding dengan mereka. Semakin kemari, satu per satu kehebatan yang mereka sembunyikan mulai nampak. Satu per satu fakta mencengangkan tentang mereka terkelupas. Mereka bukan sekadar apa yang kuduga awalnya, mereka jauh lebih hebat. Membuatku merasa tertinggal dan bodoh sendirian. Merasa gabut sendirian berdiri di belakang sosok mereka yang begitu terlihat besar. Mereka... Ada yang tetiba terlihat jenius mengerikan, ada yang ternyata sanggup memunculkan sejumlah solusi dan pemikiran alternatif yang kreatif, ada yang dibalik kerapuhan yang sekilas terlihat, ternyata adalah sosok yang sekuat debur ombak, yang sanggup membelah karang. Ada yang mendadak terlihat sangat hebat dengan kasih sayang yang ia tunjukkan. Ada... Dan dibandingkan denganku, dibandingkan dengan kesombonganku, tak ada yang membuatku tinggi di hadapan mereka. Tak ada yang membuatku tinggi di hadapan-Nya. Membuatku merasa teringgal, jauh di belakang mereka. Bahkan menangkap bayangnya saja aku tak yakin bisa. Ah, bahkan dalam tulisan hina ini pun, aku tetap membawa sombongku bersama kata-kata: ingin merasa tinggi.

Tapi... Kamu inget Ronald Weasley? Itu loh, sahabatnya Harry Potter. Kata sang penulis, JK Rowling, Ron itu hebat. Tau apa yang membuat Ron hebat meski Harry yang terkenal ada di sampingnya? Karena Ron mengakui ketidakhebatannya. Karena Ron mengakui bahwa ia biasa saja, bahwa ia tidak lebih hebat, tidak lebih diinginkan. Karena itulah Ron hebat. Maka, kenapa aku harus memaksakan diri untuk menjadi Harry Potter yang hebat bila sebenarnya peran itu bukan untukku? Justru dengan mengakui bahwa aku mainstream dan biasa saja, aku bisa menjadi pemeran pendukung yang berguna. Aku tidak perlu lagi takut berjalan di belakang mereka dan mencoba menangkap bayangan mereka. Aku, dengan segala keterbatasanku, akan mengangkat wajahku dan berjalan di sebelah mereka. Bukan di depan dengan penuh kesombongan atau di belakang dengan penuh kerendahdirian. Tapi di samping.

Dan kata siapa pemeran pendukung tidak hebat? Aku hebat. Aku cukup tau itu. Karena berada di tengah-tengah orang-orang hebat ini, sudah prestasi sendiri buatku :)