Sebelum membahas tentang Beauty dan Beast, saya mau cerita tentang skripsi saya. Skripsi saya adalah buah dari penasaran saya selama kuliah. Saya suka sekali baca novel dan karenanya saya jadi bertanya-tanya. Penulis perempuan, dan penulis laki-laki, menggambarkan perempuan dalam novelnya sama nggak ya?
Showing posts with label renungan. Show all posts
Showing posts with label renungan. Show all posts
Sunday, 19 June 2016
Monday, 31 January 2011
kisah seorang pak tua
Pagi pagi aku berangkat.. lewat depan kios--kalau memang bisa disebut kios--orang itu.
Seorang pak tua yang sudah lanjut usianya.
Sendirian menjaga tempat tidur yang sekaligus tempat kerjanya.
Tukang tambal ban sederhana, itulah pekerjaan pak tua
Pagi pagi aku lewat... Sekilas menoleh ke arah beliau, tersenyum sejenak...
Tak dinyana, beliau membalas senyumku..
Senyumnya ramah, membuatku bahagia...
Setiap hari begitulah yang kulalui
Hingga suatu pagi, aku terlambat berangkat... LAngkah kaki kupercepat
Pak tua itu pun tak kusapa..
Aneh memang, tapi seharian aku menyesal...
Esoknya, aku kembali berangkat pagi
Kembali melewati beliau...
Namun aku takut menyapanya, takut kerena kemarin pak tua itu tak kuhiraukan
Dalam ketergesaanku mengejar waktu
Herannya, beliaulah yang menyapaku lebih dulu...
Tersenyum ramah seperti biasa...
Kini aku ingat,
Dulu, saat aku harus berangkat pagi untuk menyambut adik-adikku,
Pukul setengah lima aku berangkat
Fajar masih memucat
Aku melihat pak tua itu meringkuk disamping bak berisi air keruh
Di atas bangku penyimpan perkakasnya
Dan aku belajar,
Dari seorang pak tua yang lanjut usianya...
Tak perlu keadaan mapan untuk menjadi ramah
tak perlu bahagia untuk sekedar menyapa
Dalam senyum yang selalu terukir di wajah pak tua
Yang mengantarku berangkat pagi hari
Seorang pak tua yang sudah lanjut usianya.
Sendirian menjaga tempat tidur yang sekaligus tempat kerjanya.
Tukang tambal ban sederhana, itulah pekerjaan pak tua
Pagi pagi aku lewat... Sekilas menoleh ke arah beliau, tersenyum sejenak...
Tak dinyana, beliau membalas senyumku..
Senyumnya ramah, membuatku bahagia...
Setiap hari begitulah yang kulalui
Hingga suatu pagi, aku terlambat berangkat... LAngkah kaki kupercepat
Pak tua itu pun tak kusapa..
Aneh memang, tapi seharian aku menyesal...
Esoknya, aku kembali berangkat pagi
Kembali melewati beliau...
Namun aku takut menyapanya, takut kerena kemarin pak tua itu tak kuhiraukan
Dalam ketergesaanku mengejar waktu
Herannya, beliaulah yang menyapaku lebih dulu...
Tersenyum ramah seperti biasa...
Kini aku ingat,
Dulu, saat aku harus berangkat pagi untuk menyambut adik-adikku,
Pukul setengah lima aku berangkat
Fajar masih memucat
Aku melihat pak tua itu meringkuk disamping bak berisi air keruh
Di atas bangku penyimpan perkakasnya
Dan aku belajar,
Dari seorang pak tua yang lanjut usianya...
Tak perlu keadaan mapan untuk menjadi ramah
tak perlu bahagia untuk sekedar menyapa
Dalam senyum yang selalu terukir di wajah pak tua
Yang mengantarku berangkat pagi hari
Subscribe to:
Posts (Atom)