Sebenernya udah lama pingin tulis tentang ini. Sejak pulang ke rumah Januari lalu dan main ke rumah kakak yang sekarang tinggal dengan suaminya. Rumahnya agak jauh, di daerah Sidoarjo. Saya dan Ibu kesana berboncengan naik motor beberapa kali. Jalannya rumit, awalnya melewati jalan raya penuh truk berlalu lalang, terus masuk ke jalan sempit, lalu keluar ke jalan raya lagi, kemudian masuk ke perkampuangan untuk kembali ke jalan raya lagi.
Lalu, sembari menyetir motor dan membonceng ibu, saya berpikir,
Mungkin hidup itu sebenarnya seperti jalan. Ada jalan besar, ada yang kecil. Ada yang berpolusi, ada yang damai sekali. Kadang kita ketemu motor yang lebih bagus, mobil, atau truk besar. Tapi tidak jarang kita juga ketemu pejalan kaki atau motor yang lebih butut. Ada rambu-rambu di jalan, ada peraturan. Hidup juga begitu kan? Kita bertemu yang lebih superior, dan yang lebih inferior. Kadang hidup serasa sesak dan melelahkan, tapi juga menjadi menyenangkan dan indah. Ada rambu juga, ada norma, ada agama, ada stigma sosial.
Mengenai jalannya hidup, juga sama seperti jalan. Mungkin kita mulai dari jalan yang kecil, lalu keluar ke jalan besar. Mungkin kita mengambil jalan pintas untuk lebih cepat sampai ke jalan besar. Atau mungkin, justru jalan besar itulah jalan pintas menuju jalan yang lebih kecil. Mungkin kita akan lama berada di jalan besar, untuk kemudian berbelok ke jalan kecil, dan sebaliknya. Jalan manapun yang kita pilih, akan menjadi jelas kalau tujuannya jelas, akhir jalannya jelas. Apa kita akan berhenti di toko di pinggir jalan raya? atau makan bakso di dekat pematangan sawah? Semua tergantung tujuannya.
Tapi yang pasti, sama seperti hidup, segala perjalanan ini akan selalu berakhir di rumah.
No comments:
Post a Comment